Rabu, 25 April 2018

!

semburat merah berhambur dengan birunya langit
perlahan menari meninggalkan diri
mengundang gelap ditemani oleh bintang gumintang
seruling alam mulai ramai bercengkrama
buai buai angin berbisik pada gendang
bersekongkol untuk menghadang langkah
inginku terbuai pada kemesrahan yang mereka tawarkan
hanya sedang tak ingin menikmatinya
dan aku ingin berdiam saja

Senin, 23 April 2018

Kartini itu Kau Ibuku

Hai Kartiniku
22 April 1996
terima kasih sebab telah menghadirkanku ke dunia
betapa bahagia tubuh mungilku kau dekap dalam pelukanmu
detik demi detik kau selalu memandangku dengan senyum anggunmu
setiap hari kau doakan harapan harapan untukku

Hai Kartiniku
4tahun genap usiaku
dengan penuh sesak dan ribuan air mata yang mengalir
dengan pasrah kau titipkan tubuh mungilku dalam pelukan kartini lain
sedikit demi sedikit langkahmu kian menjauh
jauh dari pelupuk mata si mungil terjaga dalam pelukan kartini lain

Hai Kartiniku
ingin kusampaikan kabar
kini usiaku genap menjelang 11 tahun
tak inginkah kau bertemu dan mendekapku
tik..tok..
dalam hitungan detik
sosok orang lain datang menghampiriku untuk mengajak bertemu denganmu
betapa senang kurasa
sebentar lagi aku bisa merayakan kebersamaan denganmu

Hai Kartiniku
taukah sepanjang perjalanan aku tersenyum
senyum yang tak pernah kuperlihatkan kepada setiap orang
senyum yang selalu kupendam demi untuk bertemu denganmu
ahh..
jika ingat kala itu,
kau pasti senang melihatku tersenyum sangat anggun

Hai Kartiniku
mengapa ramai sekali rumah kita
siapakah mereka yang berbondong datang kerumah
satupun dari mereka aku tak mengenalinya
mengapa persatu dari mereka memelukku dengan linangan air mata
aku tak paham apa maksud mereka
disudut pintu terlihat bendera putih dengan tanda plus disana
aku masih tak memahaminya
aku berlari untuk menemukanmu dalam kerumunan orang
namun sama sekali tak kujumpai sosokmu
Seketika tangan seorang wanita berjubah hitam
datang dan berkata
"itu ibumu"

Hai Kartiniku
itukah kau yang tertidur lelap diatas dipan
apakah itu kau yang sedang tersenyum dalam balutan kain putih
ohh Tuhan
kau begitu cantik
tak henti ku kecup tanganmu
ku cium mesrah berkali kali tubuhmu
namun mengapa kau tetap saja tak bangun
tak ingnkah kau bertemu denganku sekali saja
tak inginkah kau mengecup keningku walau sekali saja

Hai Kartiniku
mengapa kau menghadirkanku
jika kau saja tak bisa selalu ada untukku
taukah kau aku menderita setiap detik ke detik
ingatkah kau, aku tak pernah melakukan banyak hal bersamamu
beginikah caramu meninggalkanku
lantas apa yang akan kulakukan tanpamu

Hai Kartiniku
aku tak menyalahkan mu atas setiap rindu yang kurasa
tak mampu sedetikpun aku marah karena tak mampu mendekapmu
kian banyak pertikain
kian banyak sakit yang kuterima
aku masih tetap tak menyalahkanmu
yang membuatku sakit hanya
aku tak mampu lagi melihatmu
aku tak akan lagi mendapat pelukanmu
aku tak mampu lagi berjalan bersamamu
dan akan banyak hal lain yang tak akan bisa lagi kulakukan denganmu

Kau Ibu
Kartini terbaik dalam hidupku
terima kasih telah menjadikanku tegar
aku disni selalu berdoa untukmu
sudahilah air mata yang kau teteskan disana
akan ada banyak kartini yang selalu bersamaku
walau tak seindah kartini asliku


Selasa, 17 April 2018

Apa Salah Rasa


Apa salah rasa

ketika aku berpulang pada tempat yang berbeda

mereka mencibir dengan rendah

Apa salah rasa

Pada pengorbanan siang malamnya

Namun ku masih tetap tak mampu pergi kepadanya

Apa salah rasa

Pada banyak sesak yang telah ku beri

Pada rekah yang bertengger dihatinya

Apa salah rasa

Bagi mereka yang sebut barang mewah 

Mampu menggantikan kemegahan rasa

Apa salah rasa 

Hingga mereka berkata jika aku

Hanya putik yang lupa akan mahkotanya

Ahh..

Sudahlah rasa

Biar aku saja yang memahaminya

Riuh

Ombak berlarian riang menuju tepian disambut pasir halus yang ikut tertawa sembari ikut berlarian hilang terbawa arus dan kembali lagi kedas...